Selasa, 13 September 2011

[kisah mualaf] Jamilah Kolocotronis

Jamilah Kolocotronis Menemukan Kebenaran dalam Islam

Saat sedang mencari kesalahan dan ketidakkonsistenan dalam Alquran, dia justru terkesan dengan surat Al-An'am.

Jalan berliku harus dilalui Jamilah Kolocotronis sebelum menjadi seorang Muslimah. Ia mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan mengikrarkan dua kalimat syahadat justru ketika sedang menempuh pendidikan demi mewujudkan cita-citanya menja...di seorang pendeta. Berawal pada tahun 1976. Keinginannya begitu kuat untuk menjadi seorang pendeta. Saat itu, dia masih berkuliah di sebuah universitas negeri.

Jamilah lalu mendatangi seorang pastor di sebuah gereja Lutheran. Ia sampaikan apa yang menjadi harapannya, bahkan bersedia membantu apa saja di gereja. Sang pastor menyanggupi dan meminta Jamilah mewakilinya pada acara piknik untuk para mahasiswa baru dari negara lain.

Dalam acara ini, untuk pertama kalinya, Jamilah bertemu dengan seorang Muslim. Namanya Abdul Mun'im Jitmoud yang berasal dari Thailand. ''Ia punya senyum yang manis dan sangat sopan. Saat kami berbincang-bincang, ia sering kali menyebut kata Allah,'' kenang Muslimah yang memiliki nama lahir Linda Kay Kolocotronis ini.

Jamilah mengaku agak aneh saat mendengar Mun'im menyebut nama Tuhan. Karena, sejak kecil, ia diajarkan bahwa orang di luar agamanya bakal masuk neraka. Tak ayal, Jamilah merasa bahwa Mun'im adalah golongan orang yang akan masuk neraka meski Mun'im percaya pada Tuhan dan berperilaku baik.

Dia lantas bertekad untuk mengajak Mun'im mengikuti keyakinannya. Jamilah mengundang Mun'im ke gereja. Tapi, betapa malu hatinya ketika melihat Mun'im datang dengan membawa Alquran. Usai kebaktian, Jamilah dan Mun'im berbincang panjang tentang Islam dan Alquran.

Padahal, selama ini, setiap mendengar istilah 'Muslim', dia memahaminya dengan hal-hal yang negatif. Kala itu, sejak era tahun 1960-an, warga kulit putih di Amerika Serikat (AS) meyakini bahwa warga Muslim kulit hitam ingin menyingkirkan warga kulit putih.

Selama dua tahun, Jamilah tetap menjalin kontak dengan Mun'im (yang kini menjadi suaminya). Lewat aktivitasnya di sebuah klub internasional, Jamilah juga bertemu dengan beberapa Muslim lainnya.

Jamilah tetap berusaha melakukan kegiatan misionarisnya untuk membawa mereka beralih akidah. Dia masih memendam hasrat menjadi pendeta meski waktu itu, di era 70-an, gereja-gereja belum bisa menerima perempuan di sekolah seminari.

Waktu terus berjalan, kebijakan pun berubah. Setelah menyelesaikan studinya di Truman State University pada Mei 1978, sebuah seminari Lutheran yang berada di Chicago, School of Theology, bersedia menerimanya sebagai siswa.

Tapi, hanya satu semester Jamilah bersemangat belajar. Jamilah sangat kecewa dengan kenyataan bahwa di sekolah itu tidak lebih sebagai tempat untuk bersosialisasi di mana pesta-pesta digelar dan minum-minuman keras sudah menjadi hal yang biasa.

Jamilah akhirnya memutuskan pulang ke rumah. Ia ingin lebih meluangkan waktu untuk mencari kebenaran agama. Tak lama kemudian, Jamilah diterima bekerja sebagai sekretaris di daerah pinggiran St Louis, tak jauh dari rumahnya.

***


Mencari kesalahan Alquran
Hingga suatu hari, Jamilah masuk ke sebuah toko buku dan menemukan Alquran di sana. Jamilah tertarik untuk membelinya karena ia ingin mencari kelemahan dalam Alquran.

Jamilah berpikir, sebagai orang yang bergelar sarjana di bidang filsafat dan agama serta pernah mengenyam pendidikan di seminari, pastilah mudah baginya menemukan kelemahan-kelemahan Alquran. Dengan 'bekal' itu, ia berharap bisa meyakinkan teman-teman Muslimnya bahwa mereka salah.

Dia segera mencari-cari kesalahan serta ketidakkonsistenan ayat-ayat dalam Alquran. Tapi, hasilnya nihil.''Saya justru terkesan saat membaca surat al-An'am ayat 73. Untuk pertama kalinya, saya ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam,'' ujar perempuan kelahiran St Louis, Missouri, tahun 1956 ini.

Jamilah memutuskan kembali ke universitasnya dulu, mengambil gelar master di bidang filsafat dan agama. Di saat yang sama, selain mengunjungi kebaktian, Jamilah juga kerap datang ke masjid, terutama ketika shalat Jumat.

Walau hatinya mulai tersentuh cahaya Islam, Jamilah mengaku belum siap menjadi seorang Muslimah. Masih banyak ganjalan pertanyaan memenuhi kepalanya. Dan, Jamilah terus melanjutkan pencariannya tentang agama.

Selama kurun waktu dua tahun masa pencarian, selain mempelajari Islam, Jamilah juga mempelajari berbagai agama lainnya, termasuk Zoroaster, Hindu, Buddha, Baha'i, dan agama yang dianut oleh etnis Cina. ''Saya cuma ingin menemukan kebenaran,'' kata Jamilah.

***


Mengucap dua kalimat syahadat

Namun, Jamilah lebih merasakan kedekatan pada Islam. Satu pertanyaan yang masih mengganggu pikirannya, mengapa orang Islam harus berwudhu sebelum shalat?

Ia menganggap itu tidak logis karena manusia seharusnya bisa mengakses dirinya pada Tuhan kapan saja. Namun, pertanyaan yang mengganggu itu akhirnya terjawab dan Jamilah bisa menerima jawabannya.

Akhirnya, malam itu, Jamilah membulatkan tekad untuk menerima Islam sebagai agamanya. Ia pergi ke sebuah masjid kecil dekat universitas. Peristiwa terpenting dalam hidupnya ini terjadi pada musim panas 1980, bersamaan dengan tibanya bulan Ramadhan.

Tepat pada malam ke-19 di bulan Ramadhan, Jamilah mengucapkan dua kalimat syahadat yang disaksikan sejumlah pengunjung masjid. ''Butuh beberapa hari untuk beradaptasi, tapi saya sudah merasakan kedamaian. Saya melakukan pencarian begitu lama dan sekarang saya menemukan tempat yang damai,'' papar ibu dari enam orang putra ini.

Pada awalnya, setelah menjadi Muslimah, Jamilah menyembunyikan keislamannya dari teman-teman di kampus, bahkan keluarganya. Bercerita kepada keluarganya bahwa ia sudah menjadi seorang Muslim bukan persoalan gampang buat Jamilah.

Begitu pula ketika ingin mengenakan jilbab. Tapi, jalan berliku dan berat itu berhasil dilaluinya. Kini, Jamilah sudah berjilbab dan menjadi kepala sekolah di Salam School, Milwaukee. dia/berbagai sumber

***


Pendidik, Penulis, dan Ibu Enam Anak

Komunitas Muslim di Amerika Serikat mengenal Jamilah Kolocotronis sebagai seorang Muslimah dengan segudang aktivitas. Di tengah kesibukan mengurus enam putranya, Jamilah masih sempat mengajar paruh waktu.

Ia mengajar mata pelajaran ilmu-ilmu sosial di sebuah sekolah Islam sesuai dengan gelar master dan doktoral di bidang pendidikan ilmu sosial yang ia peroleh dari Ball State University.

Dalam memberikan materi pelajaran kepada para muridnya, Jamilah kerap menggunakan pendekatan secara Islam. Ketika peristiwa 11 September 2001 terjadi, Jamilah sedang mengajar dalam kelas. Sebagai seorang pendidik, ia pun memberikan penjelasan kepada murid-muridnya yang duduk di bangku sekolah menengah mengenai tragedi yang terjadi di New York.

Jamilah juga aktif dalam kegiatan menulis. Menjadi seorang penulis memang merupakan impiannya ketika ia memutuskan pensiun dari dunia pendidikan. Karena itu, ia selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk menulis.

Sejumlah novel sudah dia hasilkan, di antaranya Innocent People, Echoes, Rebounding, Turbulence, Ripples , dan Silence . Novel pertamanya, Innocent People , menceritakan kehidupan keluarga Muslim Amerika sesudah peristiwa 9/11. Seperti novel pertamanya, semua novel yang ditulis Jamilah bertemakan kehidupan Muslim Amerika dan tantangan-tantangan yang mereka hadapi.

Karya lain Jamilah yang sudah dipublikasikan adalah tulisan disertasi doktoralnya sebagai buku nonfiksi dengan judul Jihad Islam . Karya ini mengulas prinsip-prinsip dan praktik jihad militer. Ia pun rajin menulis puisi dan sejumlah catatan kecil di blog pribadinya.

Di samping hobi menulis, Jamilah juga menyukai dunia travelling . Ia pernah tinggal di enam negara berbeda dan sudah menjelajahi seluruh wilayah di Amerika Serikat.

Ia juga pernah mengunjungi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, terlebih karena suaminya berasal dari Thailand. Saat ini, Jamilah beserta keluarganya menetap di Lexington, Kentucky, Amerika Serikat.

.....................
http://republika.co.id:8080/berita/82628/Jamilah_Kolocotronis_Menemukan_Kebenaran_dalam_Islam
Lihat Selengkapnya

[kisah teladan] Menjaga Amanah

Ibrahim bin Adham pernah menjadi penjaga kebun milik orang kaya. Dia menjaga kebun tersebut dengan terus memperbanyak shalat. Satu hari, pemilik kebun meminta dipetikkan buah delima. Ibrahim mengambil dan memberinya. Tapi pemilik kebun malah memarahinya. Ia tersinggung karena diberikan buah delima yang asam rasanya.

''Apa kau tak bisa membedakan buah delima yang manis dan asam?''

Ibrahim menjawab,''Aku belum pernah merasakannya.''

Pemilik kebun menuduh Ibrahim berdusta. Ibrahim lantas shalat di kebun itu. Pemilik kebun menuduhnya berbuat riya dengan shalatnya. ''Aku belum pernah melihat orang yang lebih riya dibanding engkau.''

Ibrahim menjawab,'' Betul tuanku, ini baru dosaku yang terlihat. Yang tidak, jauh lebih banyak lagi.''

Di hari lain, majikan kembali meminta buah delima. Kali ini Ibrahim memberi yang terbaik menurut pengetahuannya. Tapi lagi-lagi pemilik kebun kecewa karena buah yang dia terima asam rasanya. Diapun memecat Ibrahim. Ia pun pergilah. Di perjalanan, ia menjumpai seorang pria yang sekarat karena kelaparan. Ibrahim memberinya buah delima yang tadi ditolak majikannya.

Ibrahim lantas berjumpa lagi dengan pemilik kebun yang berniat membayar upahnya. Ibrahim berkata agar dipotong dengan buah delima yang ia berikan kepada orang sekarat yang ia jumpai. ''Apa engkau tak mencuri selain itu,'' tanya pemilik kebun. ''Demi Allah, jika orang itu tidak sekarat, aku akan mengembalikan buah delimamu.'' Setelah upahnya dibayar Ibrahim pun pergi.

Pemilik kebun, setahun kemudian, mendapat tukang baru. Dia kembali meminta buah delima. Tukang baru itu memberinya yang paling harum dan manis. Pemilik kebun itu bercerita bahwa ia pernah meiliki tukang kebun yang paling dusta karena mengaku tak pernah mencicipi delima, memberi buah delima kepada orang yang kelaparan, minta dipotong upahnya untuk buah delima yang ia berikan kepada orang kelaparan itu.

''Dia juga selalu shalat. Betapa dustanya dia,'' kata pemilik kebun.

Tukang kebun yang baru lantas berujar.''Demi Allah, wahai majikanku. Akulah orang yang kelaparan itu. Dan tukang kebun yang engkau ceritakan itu dulunya seorang raja yang lantas meninggalkan singgahsananya karena zuhud.''

Pemilik kebun lantas mengambil debu dan menaburnya di atas kepalanya sembari menyesali, ''Celaka, aku telah menyia-nyiakan kekayaan yang tak pernah aku temui.''

***
SUBHANALLAH
.

Halal-kan Aku Ayah

Selasa, 06 September 2011

KASIH IBU

 بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

"Boleh saya melihat anak saya?"pinta seorang ibu yang baru melahirkan seorang anak dengan penuh kebahagiaan.
Ketika gendongan i2 berpindah k tangannya dan ia membuka selimut yang menutupi wajah bayi lelaki molek itu,ibu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit,tidak sampai hati menatapi wajah ibu tersebut. Bayi itu d lahirkan tanpa kedua telinga.

Waktu berlalu dan kini bayi tersebut telah menjadi seorang anak yang mampu bekerja dengan sempurna, cuma penampilannya tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak tersebut bergegas pulang k rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan ibunya yang menangis. Ia tahu hidup anaknya penuh kekecewaan dan tragedi. Sambil terisak-isak anak lelaki itu mengatakan ia di ejek oleh orang dewasa sebagai makhluk aneh, meski d sekolah anak tersebut disukai oleh teman-teman sekolahnya.

Anak tersebut tumbuh dewasa sebagai pemuda tampan, dengan cacatnya. Ia berbakat dalam bidang musik dan penulisan.

"Ibu, saya ingin menjadi ketua kelas." Ibu hanya berdiam diri tapi di dalam hati ibu merasa kasihan pada anaknya. Suatu hari si ayah terus berjumpa dengan seorang dokter yang dapat melekatkan telinga untuk anaknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya, tapi harus ada yang mau menderma." Beberapa bulan kemudian si ayah memanggil anaknya sambil berkata:"Nak, seseorang yang tak ingin d kenali telah bersedia mendermakan telinganya padamu. Kami harus segera mengirim kamu k RS untuk menjalani pembedahan tetapi jangan tanya siapa yang mendermakan telinga itu." Pembedahan dilakukan dengan berhasil dan kini telah lahir seorang lelaki yang mempunyai cukup sifat.Bakat dan musiknya yang hebat menjadikan ia terkenal dan menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.Masa berlalu dan ia pun berkeluarga dan bekerja sebagai seorang yang berpangkat besar. Terbetik di hatinya tentang masa-masa silam, ia lalu menghampiri ayahnya. "Ayah,saya hendak mengetahui siapa yang telah mengorbankan ini semua pada saya,ayah. Ia telah membuat sesuatu yang amat besar dan ingin saya membalas budinya." Ayahnya menjawab,"Ayah yakin kau tidak mampu membalas kebaikan hati orang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan kata-katanya"Ayah tidak dapat membuka rahasia itu sebelum tiba saatnya," Tahun berganti tahun ayahnya tetap menyimpan rahasia. Hingga pada suatu hari tibalah saat menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan lelaki itu berdiri di tepi jenazah ibunya yang baru meninggal dunia. Dengan perlahan dan penuh syahdu sang ayah membelai rambut istrinya yang terbujur kaku sambil menyibak rambutnya,hingga tampak bahwa sang ibu tidak mempunyai telinga. Sambil menangis si ayah berkata"Ibumu sangat suka menyimpan rambut yang panjang dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah hilang sedikit kecantikannya. Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh tapi di dalam hati. harta hkarun yang hakiki tidak terletak pada lahirnya, namun pada apa yang tidak dapat di lihat. Cinta sejati tidak terletak pada apa yang di kerjakan da diketahui,namun pada apa yang dikerjakan namun tidak di ketahui." itulah mengorbanan seorang ibu....cinta hakiki sepanjang masa dan tak lekang oleh waktu yang di berikan untuk qt tp apkh balasannya?..

Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."

Aamiin ya Robbal 'alamiin

Oleh : ‎~" Doa Umi untuk Abi "~

ASMA'UL HUSNA : Al Muqiit (Maha Pemelihara)

oleh Dzikir dan Doa


Allah Maha Pemelihara semua makhluk-Nya dengan cara memberi rezeki, baik rezeki jasmani maupun rohani. Dia memberi makanan sehingga dengan makanan tersebut, makhluk-Nya memiliki kekuatan.

مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقِيتًا

Barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Q.S. An Nisa': 85]

Akhlak Kita Terhadap sifat Al Muqiit:
1. Menjaga tubuh agar tetap sehat dan kuat.
2. Membantu memberi makanan kepada orang lain yang membutuhkan.
3. Memanfaatkan rezeki dari Allah dengan baik.
4. Menyediakan pangan bagi orang dan makhluk lain.

Kesimpulan:
Allah telah menyiapkan apa yang dibutuhkan makhluk-Nya, lahir dan batin. Oleh karena itu, sebagai manusia, kita harus menyiapkan dan membantu makhluk lain dalam memenuhi kebutuhannya.


Sumber: Meneladani 99 Sifat Allah - Tim Al Firdaus

ASMA'UL HUSNA : Al Hasiib (Maha Pembuat Perhitungan dan Maha Mencukupi)

oleh Dzikir dan Doa


Allah akan memperhitungkan semua amal baik dan amal buruk manusia, serta menetapkan balasannya di akhirat. Allah juga membuat penghitungan tentang perbuatan dan niat-niat hamba-Nya.

Setiap hidup di dunia, manusia diberi kesempatan untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya. Mereka juga diberi kesempatan untuk memperbaiki perbuatannya yang buruk karena di akhirat kesempatan itu tidak ada lagi. Setiap orang tinggal menerima balasannya saja. Al-Hasiib juga bermakna Allah mencukupi siapa pun yang mengandalkan-Nya.

الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا

(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. [Q.S. Al Ahzab: 39]

Akhlak Kita Terhadap Sifat Al-Hasiib:
1. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
2. Memanfaatkan kekayaan untuk kebaikan.
3. Melakukan semua penghitungan dengan teliti dan cepat.
4. Merasa berkecukupan dengan apa yang dianugerahkan Allah.


Kesimpulan:
Segala amal yang dilakukan oleh hamba-Nya akan selalu dihitung oleh Allah, tanpa ada sedikit pun yang tercecer. Penghitungan Allah pasti dan tepat, serta tidak ada yang dirugikan.



Sumber: Meneladani 99 Sifat Allah - Tim Al Firdaus

ASMA'UL HUSNA : Al Jaliil (Maha Memiliki Kebesaran)

oleh Dzikir dan Doa

Allah Maha Agung dari segala yang tidak wajar bagi-Nya. Misalnya, bodoh, tuli, dan buta. Dia tidak lemah, tidak butuh siapa pun. Dia bukan fisik seperti manusia. Dia Yang Maha Luhur sifat-sifat-Nya.

وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ

Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. [Q.S. Ar Rahman: 27]

Akhlak Kita Terhadap sifat Al Jaliil:
1. Menyandang sifat-sifat mulia serta budi pekerti luhur.
2. Selalu tampil indah dan bersih, baik lahir maupun batin.
3. Selalu mengagungkan Allah dengan zikir.
4. Selalu menempatkan Allah sesuai kedudukan-Nya dan menjauhkan diri dari kedurhakaan.


Kesimpulan:
Allah Al Jaliil berarti Allah Maha Luhur. Namun, dapat juga diartikan Allah Maha Sempurna. Kesempurnaan Allah tampak dari sifat-sifat-Nya dan ciptaan-Nya.



Sumber: Meneladani 99 Sifat Allah - Tim Al Firdaus

Senin, 05 September 2011

Malam Pertama Bersama Kubur

Satu hal sebagai bahan renungan kita…



Tuk merenungkan indahnya malam pertama

Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiyah semata

Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa



Justru malam pertama ‘perkawinan’ kita dengan Sang Maut

Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara

Hari itu…mempelai sangat dimanjakan

Mandipun…harus dimandikan



Seluruh badan kita terbuka….

Tak ada sehelai benangpun menutupinya..

Tak ada sedikitpun rasa malu…

Seluruh badan digosok dan dibersihkan

Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan



Bahkan lubang ? lubang itupun ditutupi kapas putih…

Itulah sosok kita….

Itulah jasad kita waktu itu



Setelah dimandikan…,

Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih



Kain itu …jarang orang memakainya..

Karena bermerk sangat terkenal, yaitu Kafan



Wewangian ditaburkan ke baju kita…

Bagian kepala.., badan…, dan kaki diikatkan



Tataplah….tataplah…itulah wajah kita

Keranda pelaminan… langsung disiapkan

Pengantin bersanding sendirian…

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga

Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita

Diiringi langkah gontai seluruh keluarga



Serta rasa haru para handai taulan

Akad nikahnya bacaan doa ketika engkau dimasukkan ke lahat



Berwalikan liang lahat..

Saksi - saksinya gumpalan-gumpalan tanah yang ditaburkan pelayat





dan akhirnya…..

Tiba masa pengantin..

Menunggu dan ditinggal sendirian…

Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan



Malam pertama bersama ‘kekasih’..

Ditemani rayap - rayap dan cacing tanah

Di kamar bertilamkan tanah..

Dan ketika tujuh langkah telah pergi….

Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat…

Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur…

Ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur…..

Kita tak tahu…dan tak seorangpun yang tahu….

Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan….

Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima

Kita sungkan sekali meneteskan air mata…

Seolah barang berharga yang sangat mahal…



Inilah masa menunggu sebelum tibanya hari akhir dari segala-galanya..

Akankah sejak malam ini kita menunggu untuk ke surga atau ke neraka..

Mungkin tak pantas kita rasanya menjadi ahli syurga…

Tapi….tapi ….sanggupkah kita menjadi ahli neraka…

Wahai Sahabat…mohon maaf…jika malam itu ana tak menemanimu



Bukan ana tak setia…

Bukan ana berkhianat….

Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan

Rasa sayang ana pada kalian lebih dari apa yang kalian duga

Ana berdo’a…semoga kita bisa khusnul khotimah sehingga menjadi ahli syurga.



Aamiin….

 Oleh Rama (Menata Hati)

Keutamaan Tarawih

Dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda:

1. Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.

2. Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.

3. Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat.”

4. Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).

5. Pada malam kelima, Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.

6. Pada malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.

7. Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir’aun dan Haman.

8. Pada malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahin as

9. Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi saw.

10. Pada Malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.

11. Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.

12. Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.

13. Pada malam ketigabelas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.

14. Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.

15. Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.

16. Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.

17. Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.

18. Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”

19. Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.

20. Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).

21. Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.

22. Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.

23. Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.

24. Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.

25. Pada malam kedua puluh lima , Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.

26. Pada malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.

27. Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.

28. Pada malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.

29. Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.

30. Dan pada malam ketiga puluh, Allah ber firman : “Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.”

Akhirnya, semoga amal ibadah kita diterima dan kita mendapatkan pangkat dan derajat dari Allah sebagai seorang yang bertakwa.


Source: Kitab Duratun Nasihin, Bab Keistimewaan Bulan Ramadhan.